Thursday, January 22, 2015

meng-Angkasa

Wahhhh, ini sebenernya udah lama banget, tapi baru sempet diposting sekarang. Maklum, si yang punya rada-rada sok sibuk. Hehehe

Ada yang pernah membayangkan terbang dengan pesawat ini? Seperti layang-layang, tapi ini bukan paralayang kaya yagn di puncak Bogor itu. Pesawat? iyah pesawat. Tapi awaknya cuma berdua, pesawat Microlight Trike namanya..

Pesawat Microlight Trike 
Di tempat saya bekerja, Taman Nasional Wakatobi. Pesawat ini telah ada sejak tahun 2011, digunakan untuk keperluan patroli udara karena sebagian besar kawasan Taman Nasional Wakatobi adalah perairan, nah dengan menggunakan pesawat ini memudahkan kami untuk memantau keadaan sekitar kawasan dari udara. 

Sebenarnya sudah lamaaaaaaaa sekali saya menantikan untuk menjajal pesawat ini, mau tau rasanya terbang. Bukan terbang yang dengan pesawat Boeing yang gede itu, tapi dengan pesawat trike yang ga punya jendela, ga punya pintu jadi biar berasa "ditampar anginnya" Hehehe.

Alhamdulillah, oleh-oleh ngebolang ke Wakatobi akhir bulan di tahun 2013 kemaren (Wuihhhhhhh, lama amat yah) ini nih, mejeng di atas pesawat Trike

Saat itu kebetulan saya sedang melakukan tugas lapangan di Tomia (ceritanya cari data gitu) tapi sebelum pulang ke Baubau, singgah di Wanci dulu. Karena sudah menahan hasrat sejak dulu kala, saat malam saya merayu sang pilot buat terbang. Akhirnya setelah dirayu berhasil si pilot "ngangguk" setuju memboyong saya untuk ikutan patroli udara. Rencana awal akan terbang pagi-pagi, karena katanya cuaca bagus, tapi ternyataaaaaaaaaaa.. Hujaaaaaaannnnnnnn! Ahhhh, gagal deh terbangnya. Padahal udah semangat sampai ga bisa tidur nunggu besok.

Mungkin karena si pilot udah keburu janji dengan saya, saat cuaca bagus (ga ujan, ga mendung) dia langsung bilang "jadi mau ikut?" Hahahaha, jadi dong! jam 3 sore meluncur ke Bandara.

Nah itu tuh foto di atas, mejeng sebelum terbang. Oh iyah saya belum ngenalin pilotnya yah. Dia adalah teman sekantor saya di Taman Nasional Wakatobi. Beberapa tahun lalu dia dan satu orang teman lagi mengikuti pelatihan menjadi pilot untuk menerbangkan pesawat microlight Trike ini. Nah dua orang pilot inilah yang biasa mondar-mandir di udara untuk memantau keadaan kawasan di Taman Nasional Wakatobi. Saya bangga lah punya teman-teman hebat seperti mereka. Berani. Padahal setelah merasakan terbang, saya baru tau resiko apa aja yang bisa terjadi.

Sekitar jam 4 sore, pesawat siap, pilot siap, cuaca mendukung dan saya so pasti sangat siap dong (baca: ga bawa jaket, pakai sandal jepit, pake jeans) Hahahaha, karena pakaian seadanya tapi nafsu terbang sangat tinggi, akhirnya si petugas darat dengan baiknya meminjamkan jaket dan sepatunya (Sama pilotnya ga diijinin pake baju seadanya).

 Periapan sebelum terbang

Wuuuuuuunngggggg... wwwwwuuuuuunnnggggggggg.. wwwwwuuuuunnnggggg...
Suara mesin Trike sudah mulai mengaung, dipanaskan dulu katanya. Ahhh saya ga mau kalah, mau pemanasan juga ahhh (read: foto-foto sebelum terbang). Naik pesawat (saya di bangku belakang), pakai headset bermicrophone yang ternyata saya bisa mendengar sang pilot berbicara dan juga sebaliknya. Jadi kalo mau ngobrol ga usah teriak-teriakan di udara sambil mejuin kepala ke depan kaya naek ojek. Dikasih aba-aba sama si pilot, katanya tenang aja, ikutin perintahnya. Wahhh, siaaaaapppppp pakkk!!

Sampai di landasan terbang mesin makin meraung, gas pooll ga lama ban depan pesawat naek, di ikuti kedua ban di belakangnya. Wahhhhhhhh, terbanggggggggg!! Duh beneran ini rasanya seru banget. Mungkin ini yang dirasain Harry Potter pertama kali naek sapu terbangnya kali yah?. mata saya langsung melihat ke bawah, beneran loh ini saya udah ga menapaki daratan, ketinggian terbang 10.000 meter di atas laut. 

Pulau Wanci dari udara

Pohon, orang, jalanan, rumah, hotel, gedung ahhh semua jadi keliatan kecil. Semua dapat terlihat dari atas sini. Hamparan laut, hamparan pepohonan. Kapal-kapal nelayan dapat terlihat, apa saja yang mereka lakukan juga terlihat. Jadi membayangkan sedang patroli udara memantau kawasan dari ketinggian, kalau menemukan oknum yang sedang merusak kawasan langsung di "halooo halooo" pake microphone ngasih peringatan.



Ternyata sudah satu jam saya berada di udara, walaupun cuma memutar pulau Wanci saja, karena cuaca mulai mendung jadi si pilot ga berani bawa saya jauh-jauh. Puas foto-foto (walaupun cuma pakai kamera handphone), puas melihat ciptaanNya dari atas (ternyata Allah, kereeeeeennn bangeeeettttt!), puas mensyukuri pengalaman, akhirnya si pilot memutar untuk kembali pulang, mendarat. "Biar ga lupa daratan katanya" Hehehehe.




Menerbangkan pesawat jauh lebih mudah daripada mendaratkannya. Katanya, karena adanya panas matahari dari landasan yang memantulkan benda lain (dengan berat jenis yang berbeda). Jadi saat akan mendarat pesawat seperti membal ditolak bumi, sampai dua kali si pilot cuma muter-muter landasan untuk mendarat. 
Siap landing
Alhamdulillah, akhirnya mendarat. Saya takjub dengan buatan manusia, pesawat trike ini. Tapi saya tak kalah takjub dengan ciptaanNya, menciptakan akal untuk manusia membuat pesawat ini, memberikan akal, pikiran, keberanian kepada manusia sampai dapat mengendarai pesawat ini dan sangat takjub dengan ciptanNya yang memciptakan semesta ini. Sungguh indah dari angkasa, dunia terlihat kecil. Mungkin itulah yang dilihatNya dari atas sana. Manusia bukanlah apa-apa tanpaNya. Hanya sebagian makluk kecil.

Mejeng setelah terbang ^.^
Suatu hari, saya harus menaiki pesawat ini lagi, dengan peralatan lengkap (kamera) dan membidik semua sudut Wakatobi untuk mengeksplore yang ada di dalamnya, ciptaanNya.



Thursday, January 08, 2015

Hallo, Genduk..

"Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa" [Al' Imran, 3:38]


Alhamdulillah, Allah tidak menunda rejekiNya kepada kami. Kami meminta, Ia memberikan. Kami memohon, Ia mengabulkan. Kami berusaha, Ia memberikan hasilnya. Selayaknya, tak pernah patut kami untuk mendustakanNya.

Hallo, Genduk..
Kami memintamu padaNya, nak. Meminta keturunan yang baik untuk menyempurnakan ibadah kami, dalam sujud dan doa. Tidak menunggu lama, sebulan setelah Ayah dan Ibu menikah kamu hadir. Betapa bahagianya kami!

Minggu demi minggu sungguh menakjubkan, bahkan setiap haripun aku menunggumu. Menanti kabar sedang apa kamu di sana? Nyamankah kamu di sana? Mengapa parutku belum juga membuncit? Kapan kamu mulai menggeliat berputar-putar di perutku? Apa yang harus kumakan? Apa yang tidak boleh kulakukan? Bermacam-macam artikel ku baca tentangmu. Hanya untuk memastikan, anakku baik di dalam sana.
 
Genduk dari bulan ke bulan

Kini, 29 minggu usiamu sayang. Seperti keinginan Ayahmu, seorang anak perempuan. Insya Allah, permintaannya kali ini dikabulkan lagi olehNya. Tuhan kita memang sangat baik yah sayang. Insya Allah, akan kami bimbing dirimu untuk mengenalNya, untuk bersyukur padaNya, untuk selalu mengingatNya dalam setiap ucap dan perilaku. Insya Allah.

Genduk sehat terus yah sayang, nikmati bebasmu di rahimku, bermainlah sesukamu. Akan Ibu jaga kamu di sini. Sampai kita bertemu di saatnya nanti yah, Genduk. Dalam waktu yang menggembirakan dengan rasa yang menggembirakan dan penuh syukur. 

See you soon my (to be) baby girl. ^.^