Tuesday, October 14, 2014

Love Letter


Hallo sayang !!

Sedang apa kamu di sana? Selamat datang, Nak. Ini calon duniamu. Itu yang kau rasa adalah tubuhku. Ibumu. Enam belas minggu sudah usiamu di tubuhku, ruhmu telah tertiup dari sang Khalik, penciptamu, Allah.

Nak, betapa bahagianya aku mendapatimu pertama kali. Selongsong kantung yang tak sekedar kantung. Itu tempat bernaungmu di sembilan bulan ke depan bersamaku. Tempatmu mengenal aku Ibumu, dia Ayahmu, dan semua yang suatu nanti kau jumpai. Dengarlah Nak, cermati yang kau dengar. Semoga aku bisa memberimu selalu kalimat bermakna dan mendewasakanmu. Rasakanlah Nak, resapi yang kau rasa. Jangan khawatir, aku selalu menjagamu dengan apa yang terasa padamu.

Nak, mungkin aku bukan Ibu secerdas Albert Einstein.
Nak, Ibumu tak secantik Angelina Jolie yang selama ini Ibu gandrungi. 
Nak, kata-kata Ibumu tak pernah sedahsyat karya Mahatma Gandhi yang dapat memaknai umat.
Nak, Ibumu bukanlah seorang pakar pendidik anak.
Nak, Ibumu ini hanya seorang wanita yang akan berusaha menjadi yang terbaik yang kau butuhkan. Menjadi orang pertama yang mendengarkan gelisahmu saat pertama kali kau merasakan risau. Percayakan itu padaku, Nak.

Nak, semakin sempit yah di sana? Sabar yah sayang. Sesabar aku selalu membawamu, mengenalkanmu pada semua yang ku yakin baru pertama kali kau tahu. Iyah Nak, saat aku mengelus perut buncitku dan memanggilmu, itu disaat aku sedang mengenalkan sesuatu padamu. 
Nak, jangan sedih saat aku sedih yah. Bergembiralah. Karena kami, Ayah dan Ibumu sangat gembira menantimu. Rianglah selalu. Tunjukkan lincahmu. Tendang aku, Nak. Tonjok aku, Nak. Takkan ku marahi dirimu, sungguh. Beri tanda padaku kau sehat di sana, sapalah aku dengan semua gerakanmu, aku senang, itu anugerah untukku, merasakan kehadiranmu.

Nak, sampai jumpa di saatnya nanti yah. Ayah dan Ibu menunggu untuk bertemu denganmu. Mengharap tangismu, menunggu tawamu, menikmati hadirmu. Semoga kamu selalu tumbuh sehat dan dirahmati penciptamu yah sayang.

Love,
Ayah dan Ibu

Saturday, September 06, 2014

Alhamdulillah..

Fabiayyi ala irobikuma tukadziban.
Seperti penggalan suratNya, Nikmat mana lagi yang hendak kau dustai wahai hamba?

Saya meminta pasangan hidup, Allah siapkan, Ia suguhkan, Ia tampilkan.
Saya meminta ketengan hati bersamanya, Allah berikan, tanpa celah.
Belum cukup, saya meminta seorang anak, Allah-pun segera memberikannya, Ia tanamkan janin di rahim, Ia kabulkan semua doa, Ia ciptakan semua keinginan. NikmatNya yang mana akan sanggup untukku dustai? Allahu Akbar.

Sebelum menikah beberapa kali saya pernah berucap "pengen cepet hamil deh, pengen langsung punya anak". Agak sedikit nakal, beberapa kali juga saya mencari tau bagaimana cara cepat hamil setelah menikah. Ada yang bilang begini, begitu, minum ini, minum itu dan macem-macem deh. Ternyata itu bukan cuma keinginan saya saja, si calon suami juga sama, kita sama-sama mau langsung punya anak. Mulai dari cerewetnya dia buat selalu makan yang sehat, makan sayur dan buah, sampe disuruh minum susu program hamil. Waduuhhhh, malu rasanya beli susu itu saat belum menikah, tapi gapapalah namanya juga usaha. Dan usahanya kan masih halal. :)

Nikah, 1 Juni 2014. Yah itu tanggal pernikahan saya, di hari Minggu suami mengucapkan ijab kabul dan Alhamdulillah kami SAHHHHH. Huaaaaaaaa, lucu lagi nih setelah nikah, cara-cara yang pernah saya dan suami baca buat cepet hamil kami praktekan. Sampai ada istilah si "bantal cinta" loh di kamar kami. Wkwkwkwk. Ahhhhh, udah ahh yang ini di skip aja. =.=

Sejak masih pacaran dulu, suami sudah mengetahui siklus bulanan haid saya. Maka setelah nikah kami sudah mulai hitung-hitungan di mana tanggal subur ga subur saya. Hohohoho, yang ini emang bener-bener niat banget yah. Wahhhhh, tanggal 9 Juni 2014 adalah hari haid pertama saya setelah nikah, deg-degan, sampai saking niatnya sehari sebelumnya kami sudah siap sedia membeli testpack. Yahh, walaupun ternyata belum rejeki kami, "silahkan dicoba lagi bulan depan yah". Okeh, ga masalah, mungkin kami disuruh pacaran dulu sama Allah. Secara kan waktu pacaran kami ga lama.

Tiga minggu berlalu, dan waktu cuti kami habis. Saya harus kembali ke Baubau, suami harus kembali bekerja seperti biasa. Ini saatnya kami merasakan LDR setelah nikah. Semoga Allah memberikan kesabaran kepada kami berdua. Puasa pertama pun kami tidak dapat melaluinya bersama. InsyaAllah tahun berikutnya.

Memasuki bulan Ramadhan, dengan status telah menikah tapi hidup terpisah ternyata rasanya ga enak. Seperti melupakan kewajiban. Oh iyah, di awal Ramadhan saya pernah iseng bilang ke suami "sayang, semoga puasa tahun ini aku full yah". Terus dia jawab ringan "kalo puasanya full, kamu berarti udah isi tuh sayang". Hehehehe. Alhamdulillah, Allah mendengar doa kami. Tanggal bulanan saya haid lewat, dan saya masih lanjut berpuasa. Wuahhhhh, walaupun saat itu badan rasanya remuk ga karuan, tapi dikalahkan rasa penasaran pulang kantor langsung ke Apotik, "mbak, beli testpack". Di test, samar, pelan-pelan garis yang bawah muncul (garis ini ga muncul saat test bulan lalu), ada dua garis. Subhanallah, tanpa sadar saya menitikkan air mata. Terima kasih ya Allah, Kau percayakan pada kami.
Ada duaaaaa.. ^.^
Seminggu setelah testpack nunggu suami ke Baubau, akhirnya saya ke dokter untuk memastikan. Dan pas di USG, adaaaaaaa.. Ada kantung janinnya di rahim saya, Alhamdulillah. Walaupun baru kantung janin, insyAllah cepat besar yah Dek, cepat tumbuh. Begini rasanya ternyata ada seseorang di dalam tubuh saya. Kini kalau saya makan, dia juga makan. Yang saya minum, dia juga minum. Semua porsinya harus diduakali lipatkan nih. Hehehe
Alhamdulillah, selama kehamilan di dedek pintar. Mungkin dia mengerti yah kalo kami jauh dari Bapak dan keluarga lainnya. Jadi mesti mandiri yah, Dek. Makasih yah sayang udah bekerjasama sama Ibumu.

Monday, March 03, 2014

M e s t a k u n g ~~ Semesta Mendukung ~~

Assalamualaikum, Selamat siang Maret !! Spadaaaa 2014 !!

Hallo kemuningmerona, kesepain yah kamu ditinggal si empunya cukup lama. Hii blogger, apa kabar?
Sebenarnya bukan kesibukan sih yang bikin saya jadi vakum buat nge-blog, kalo disadar-sadari ternyata rasa malas saya makin lama makin besar loh. Hehehehe *Waduhh, gimana manusia satu ini nih*

Doa dan kekuatannya. Pernah percaya sama kekuatan doa nggak? Kekuatan pikiran? Kekuatan keinginan? Kalau disadar-sadarin nih yah, banyak ternyata hal-hal yang terjadi di hidup saya karena kekuatan keinginan dan pikiran saya, akhirnya jadi doa yang lama-lama terbiasa. Karena terbiasa itu kadang lupa kalau pernah berkeinginan kaya gitu, ngga sadar terwujud. Yahh, mulai dari sekolah, pacar-pacar yang sekarang disebutnya mantan, kerjaan dan banyaaaaakkkkk lagi, ternyata saya pernah membayangkan, berkeinginan, terucap di doa ternyata terwujud. Kalau kata sebuah film namanya "mestakung", Semesta Mendukung. Nikmat Allah yang mana lagi yang engkau dustai, wahai manusia?

Eh, mulai deh Febong ngalor ngidul. Hehehehe, hitung-hitung prolog-lah yah. Masih nyambung sama kekuatan doa dan keinginan tadi nih, saya tiba-tiba keingetan dulu tuh pernah bikin status di media sosial yang ber-icon burung berwarna biru. Begini bunyi kicauannya "Kawin ahh taun depan, ...........". Dan Insha Allah kicauan iseng itu terwujud di tahun ini. Nah, padahal saat itu yang ngajakin kawin juga nggak ada, pacar sih ada tapi kalau kata media sosial mah status saya tuh -it's comlicated-, makanya jadi cerewet sering berkicau. Hehehehe. *kaum hawa tuh emang aneh yah, saya sendiri yang sama-sama kaum hawa juga bingung*
kicauan di suatu hari di Oktober 2013
Dari status yang complicated itu sampai akhirnya saya memutuskan untuk membebaskan diri (baca: jomblo). Maaf yah Ksatria, ternyata Aku bukan Putri yang akan Kamu bawa ke Istana-mu.  Muara yang pernah kita janjikan telah menghanyutkanku, gelombang tinggi, arus deras dan matahari terik saat itu, Aku cuma air yang akhirnya bernasib seperti qutronada, menguap. Aku kembali ke Kayangan sebelum kamu datang. *Eh, ko jadi ngomongin mantan sih, Hehehehe*

Nah dari celoteh-celoteh iseng itu ternyata saya mulai lancar berdoa, sepertiga malam yang dulu sangat sulit untuk dikerjakan sekarang menjadi sangat mengasyikan. Dua rakaat di waktu sesudah Subuh dan Zuhur yang dulu sangat malas dilakukan, kini menjadi akan terasa sangat aneh jika terlewat. Rasanya sangat menyenangkan mendebar bumi dengan hamparan sejadah resah dan cerita hingga tetes demi tetes.

Ustadz/Udtadzah di luar sana biasanya bilang: Usaha, Berdoa, Pasrah. Berdoanya udah tuh, sekarang usahanya. Saya nggak mau ngoyo buat memaksakan bertemu jodoh, kalau ada Alhamdulillah, kalau nggak ada yah emang belum waktunya untuk dipertemukan. Sampai tiba-tiba ada seorang yang lama dikenal tapi nggak pernah ketemu, seorang yang sangat dekat tapi tak pernah disadari, membangun komunikasi dengan saya, hingga menjadi seorang yang sangat dekat walaupun kini kami berjauhan, seorang yang Insha Allah yang ngebantu mewujudkan keinginan saya tahun lalu, menikah. 

Kalau kata Al-quran Surat Ar-Ra'd (QS 13:11), Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang merubah apa-apa yang pada mereka. Noh Alquran tuh yang bilang, yang sumbernya langsung dari Allah sang pembolak-balik keadaan, sang penguasa ketetapan. Seorang penulis asal Skhotlandia, Samuel Smile berkata dalam bukunya Self-Help yang tersirat 'Nasib kita ada di tangan kita', awali semua dengan gagasan dan pikiran kemudian lakukan dengan tindakan yang menjadi kebiasaan terusssss hingga akhirnya terwujud. Karena percaya deh, saat kita menginginkan sesuatu dan keinginan itu sangat kuat lalu didukung usaha yang nggak kalah kuat Semesta tuh ikut mendoakan. Semakin banyak doa, semakin banyak yang mendukung doa itu terlarung lebih cepat dan lebih besar di hadapanNya. Itu yang disebut MESTAKUNG !!

Sunday, March 02, 2014

H u j a n . .

Aku, selalu suka hujan
Rinainya selalu menyejukkan dan percik airnya selalu menyadarkan.

Aku, selalu suka hujan
Seakan ia mampu membasuh hatiku
Menenggelamkan rasa sesal dan kesal
Menumbuhkan rasa baru.

Selalu, Aku mengagumi hujan
Entah, Aku selalu bisa terpana hampa memandangnya.

Dan, Aku semakin suka hujan
Sejak seseorang berkata "berdoalah, semoga terkabul".

Aku mengharap hujan menangkap doaku
Melarungkannya padaMu hingga tergetar.

Aku berharap setiap rintik menjadi doa yang akan dikabulkan
Sebagai jawaban larung doaku.

~febymuthiaraeni, 2013~