Indonesia itu, dari Sabang sampe Merauke memang tidak ada habisnya! Tidak habis keindahannya, tidak habis misterinya, tidak habis keunikannya, tidak habis untuk diceritakan. Bagitu kayanya negara ku ini. :)
Weekend kemaren, berkesempatan untuk menandangi ibukota provinsi Sulawesi Tenggara, Kendari. Tujuan awalnya sih kerja, tapi sayangkan jauh-jauh di tanah jazirah Celebes ini kalau tidak dimanfaatkan untuk mencari-cari kehabisannya Indonesia. :) Kalau kata pepatah "sambil menyelam, minum air".
Kendari, ibu kota Provinsi Sultra ini merupakan daerah yang terdiri dari daratan berbukit dengan dialiri sungai-sungai dan bermuara di teluk Kendari. Kota ini sudah cukup maju dengan pembangunannya. Tapi, bukan kota ini yang saya akan bahas. Jauhhhhh di sebelah Utara kota Kendari, terdapat sebuah Kabupaten yang terbentuk 9 tahun lalu. Kabupaten ini memiliki kawasan kantung-kantung air dan merupakan habitat satwa-satwa liar dan memiliki luas 451.421 ha. Kabupaten itu adalah Konawe Selatan atau biasa disingkat Konsel, bukan Korsel yah.. :p.
Kenapa kantung air? Let's ceck out!
Jauh di sebelah Utara dari Kota Kendari, terdapat sebuah Suaka Margasatwa yang bernama Tanjung Peropa. Suaka Margawatwa ini sudah ada sejak tahun 1986 dengan luas 38.937 ha, cukup tua yah? 26 tahun yang lalu. Kawasan ini merupakan tipe hutan campuran non Dipterocarpacecae dengan komposisi hutan bakau, hutan pantai, hutan belukar, dan hutan dataran rendah dan merupakan habitat satwa liar yang dilindungi, antara lain anoa, maleo, rangkong, rusa, dan bangau hitam.
Menuju kawasan ini menghabiskan waktu 2 jam dengan jarak tempuh 70 km, dan perjalanan ini perjalanan yang sungguh W.O.W buat saya! :). Inilah yang dinamakan 'bujangan'. Makan, makan sendiri. Jalan, jalan sendiri. Kemana mana, yah sendiri juga. Sebenernya sih ga sendiri juga, cuma mengendarai sepeda motor sendiri dengan jarak tempuh yang ajaib ditambah kecepatan yang ga kalah ajaib plus plus jalan yang setengah ajaib, itu membuat saya terlihat sedikit ajaib juga :).
SM Tanjung Peropa merupakan salah satu unit pengelolaah Balai Konservasi Sumberdaya Alam Sulawesi Tenggara berada di Kecamatan Moramo dan Liantea, Kabupaten Konawe Selatan. Untungnya sepanjang jalan menuju lokasi ini hampir 80% beraspal, jadi dengan gaya sok Valentino Rossi verse cewe motor melaju 60-70 km/jam, hehehe. Tapi 20% lagi jalan berbatu, dan Valentino Rossi berubah jadi pembalap motor trail di jalur ini.
2 jam, akhirnya saya memasuki pintu gerbang memasuki kawasan. Saya membayar tiket masuk untuk 3 orang pengunjung ditambah 2 kendaraan roda dua, saya harus membayar Rp. 15.000,-. Penghasilan dari karcis masuk itu digunakan untuk pembangunan desa, daerah dan pengelolaan kawasan. Tapi sayangnya, mengapa tidak ada pungutan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) di sana? bukannya itu masuk ke dalam kawasan konservasi yang dapat dikenai PNBP untuk penghasilan negara. *ahh sudahlah.. ^^~
Memasuki kawasan SM Tanjung Peropa, sudah disambut dengan aliran air yang cukup deras. Sungai yang dibuat permanen itu sebagai tanda, kalo sumber air di dalam hutan sana digunakan untuk kebutuhan air daerah di bawahnya. Berarti kantung air itu bersumber dari dalam kawasan ini, di air terjun Moramo.
Setelah melewati papan informasi SM Tanjung Peropa, dilanjutkan dengan jalan setapak dengan titik akhir di air terjun Moramo. Sepanjang jalan setapak saya disuguhi pemandangan hutan, poho-pohon besar, gemericik aliran sungai, kicauan burung dan derikkan serangga hutan. 20 menit dan sampai di titik terjun pertama air terjun Moramo, sekali lagi saya bergumam "Surga itu selalu indah, dan keindahan itu akan tidak mudah dijangkau". 2 jam perjalanan dengan single fighter-panas-debu-takut terbayar dengan kuasa Allah dan keindahan alam Indonesia yang tidak ada habisnya. Subhanallah
Air Terjun Moramo memiliki 7 undakan dengan ketinggian masing-masing 100 meter. Sayangnya hujan datang tepat dengan kedatangan saya di undakan pertama, iklim mikro di hutan ini sedang berfungsi, jadi 6 undakan yang lainnya terpaksa terlewatkan. masyarakat sekitar percaya air terjun ini merupakan lokasi mandi para bidadari khayangan, hal itu mungkin karena konturnya yang berundak-undak sehingga membentuk kolam-kolam permandian dengan kedalaman 1-2 meter.
Dan kantung air itu kedatangan bidadari, walaupun tidak mandi, mendatanginya saja saya menjadi bidadari yang ke khayangan. Indah!
SM Tanjung Peropa merupakan salah satu unit pengelolaah Balai Konservasi Sumberdaya Alam Sulawesi Tenggara berada di Kecamatan Moramo dan Liantea, Kabupaten Konawe Selatan. Untungnya sepanjang jalan menuju lokasi ini hampir 80% beraspal, jadi dengan gaya sok Valentino Rossi verse cewe motor melaju 60-70 km/jam, hehehe. Tapi 20% lagi jalan berbatu, dan Valentino Rossi berubah jadi pembalap motor trail di jalur ini.
2 jam, akhirnya saya memasuki pintu gerbang memasuki kawasan. Saya membayar tiket masuk untuk 3 orang pengunjung ditambah 2 kendaraan roda dua, saya harus membayar Rp. 15.000,-. Penghasilan dari karcis masuk itu digunakan untuk pembangunan desa, daerah dan pengelolaan kawasan. Tapi sayangnya, mengapa tidak ada pungutan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) di sana? bukannya itu masuk ke dalam kawasan konservasi yang dapat dikenai PNBP untuk penghasilan negara. *ahh sudahlah.. ^^~
Memasuki kawasan SM Tanjung Peropa, sudah disambut dengan aliran air yang cukup deras. Sungai yang dibuat permanen itu sebagai tanda, kalo sumber air di dalam hutan sana digunakan untuk kebutuhan air daerah di bawahnya. Berarti kantung air itu bersumber dari dalam kawasan ini, di air terjun Moramo.
Suaka Margasatwa Tanjung Peropa ^.^ |
Jalan Setapak SM Tanjung Peropa, menuju Air Terjun Moramo |
Undakan pertama Air Terjun Moramo |
Dan kantung air itu kedatangan bidadari, walaupun tidak mandi, mendatanginya saja saya menjadi bidadari yang ke khayangan. Indah!